Bisakah Pernikahan Kristen Bercerai?
Ilustrasi perceraian sumber dari Freepik.com
Perceraian adalah salah satu isu paling sensitif dalam gereja. Banyak orang Kristen bertanya: Apakah perceraian dosa? Apakah ada alasan yang diperbolehkan? Bagaimana pandangan Yesus dan Paulus?
Untuk menjawabnya, kita perlu kembali ke Alkitab secara menyeluruh.
Segala pembahasan tentang perceraian harus dimulai dari Kejadian 2:24: “Keduanya menjadi satu daging.”
Pernikahan adalah: perjanjian kudus, penyatuan total (rohani, fisik, emosional), dan hubungan eksklusif seumur hidup
Dalam hermeneutik, ayat pertama tentang pernikahan adalah teks fondasional. Segala penyimpangan dalam sejarah PL harus dibaca di bawah cahaya desain awal ini.
Perceraian dalam Perjanjian Lama
Akan tetapi, PL mencatat adanya perceraian: Ulangan 24:1–4 membahas surat cerai. Zaman patriarki ada poligami dan perceraian
Banyak orang salah paham bahwa Allah mengizinkan perceraian. Padahal Yesus menjelaskan: “Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu karena ketegaran hatimu.”
— Matius 19:8
Dengan kata lain: Allah tidak memerintahkan perceraian. Allah hanya mentolerir dalam konteks budaya keras, dan Allah selalu menekankan kekudusan dan kesetiaan.
Bahkan Maleakhi 2:16 berkata: “Aku membenci perceraian,” demikian firman Tuhan.
Makna hermeneutiknya: Allah membenci dampak perceraian, bukan membenci orang yang terluka oleh perceraian.
Perceraian biasanya dosa, dengan pengecualian tertentu
Yesus membawa standar kembali ke desain awal (Mat. 19:3–9): “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Namun Yesus juga menyebut pengecualian: Matius 19:9 "Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah. Kata zinah artinya porneia.
Kata porneia dalam Yunani artinya: perbuatan seksual yang ilegal:
(a) perceraian, zina, homoseksualitas, lesbianisme, hubungan dengan hewan, dll.
(b) hubungan seksual dengan saudara dekat; Imamat 18
(c) hubungan seksual dengan seorang pria atau wanita yang sudah bercerai (Markus 10:11,12)
Hermeneutik penting:
Yesus tidak menganjurkan perceraian, tetapi mengakui bahwa dosa perselingkuhan dapat menghancurkan perjanjian pernikahan.
Jadi menurut Yesus:
- Standar Allah → pernikahan seumur hidup
- Alasan perceraian → perselingkuhan seksual (dalam hal ini yang mencakup porneia)
- Namun tetap bukan "keharusan", hanya "pengecualian"
Pengajaran Paulus: Satu pengecualian lain — ditinggalkan pasangan yang tidak percaya
Dalam 1 Korintus 7:12–15, Paulus menulis: “Jika yang tidak beriman itu hendak bercerai, biarkanlah ia bercerai…dalam hal ini orang beriman tidak terikat.”
Ini dikenal sebagai “kelepasan Paulus” (Pauline privilege).
Hermeneutiknya:
-
Paulus berbicara kepada pasangan beda iman
-
Jika pasangan non-Kristen pergi & merusak pernikahan
-
Orang Kristen bebas dari ikatan pernikahan itu
Ini bukan “izin bebas bercerai”, tetapi penegasan bahwa:
- Orang Kristen tidak dipaksa mempertahankan hubungan yang ditinggalkan secara sepihak
- Kekerasan yang terus-menerus dan pengabaian ekstrem dapat masuk dalam kategori “peninggalan”
Bagaimana dengan kekerasan dalam rumah tangga?
Meski tidak disebut langsung dalam PB, prinsip-prinsip berikut berlaku:
-
Kekerasan = pengkhianatan terhadap perjanjian
-
Suami dipanggil mengasihi seperti Kristus
-
Istri dipanggil menghormati dalam kasih
Dalam etika Kristen modern, banyak teolog menganggap kekerasan berat & berulang sebagai bentuk “pengabaian” atau “peninggalan” (1 Kor. 7:15) yang memungkinkan perceraian demi keselamatan korban.
Pendapat Para Teolog
=> John Stott “Yesus tidak pernah menganjurkan perceraian, tetapi Ia realistis bahwa dosa dapat menghancurkan pernikahan.”
=> Tim Keller “Perceraian bukan rencana Allah, tetapi ada kasus di mana kerusakan yang terjadi tidak bisa diperbaiki.”
=> Wayne Grudem “Kekerasan berat dan membahayakan jiwa” dapat termasuk kategori “pengabaian” dalam 1 Korintus 7.
=> Pdt. Stephen Tong “Perceraian bukanlah kehendak Allah. Tetapi dalam kasus perselingkuhan, orang percaya boleh mengambil keputusan meski itu keputusan yang pahit.”
=> Pdt. Dr. Frans Donald “Tuhan tidak membenci orang yang bercerai, tetapi membenci dosa yang merusak pernikahan.”
Bolehkah Orang Kristen Bercerai?
(1) Tidak diperbolehkan sebagai pilihan bebas. Pernikahan adalah perjanjian kudus.
(2) Tetapi Alkitab memberi dua pengecualian yang jelas:
-
Perselingkuhan seksual (Mat. 19:9)
-
Ditinggalkan pasangan yang tidak percaya (1 Kor. 7:15)
(3) Dan kemungkinan pastoral untuk kekerasan berat.
Dalam banyak kasus, pemulihan lebih mulia daripada perceraian. Tetapi ketika keselamatan, iman, dan martabat manusia hancur, Alkitab membuka jalan keluar.